AHY Ingatkan Warga Indonesia: Aktif Lebih dari Sekadar Media Sosial

Berita Tech14 Dilihat

Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), baru‑baru ini menyampaikan pesan penting kepada masyarakat Indonesia: agar tidak hanya aktif di media sosial, melainkan juga mengambil peran nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam sebuah diskusi yang digelar oleh The Yudhoyono Institute, AHY menekankan bahwa kemajuan digital tidak boleh menggantikan keterlibatan langsung rakyat dalam proses publik dan sosial. kumparan+1

Pesan Strategis dari AHY

Menurut AHY, penggunaan media sosial memang memudahkan komunikasi dan penyebaran informasi. Namun, ia mengingatkan bahwa aktivitas daring tidak dapat menggantikan keterlibatan fisik dan tanggung jawab sosial warga negara. Ia mencontohkan sikap mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang meskipun kerap memilih diam di ranah media sosial, tetap aktif memberikan masukan strategis ke pemerintah melalui jalur yang lebih formal. kumparan+1

AHY menyebut bahwa dalam era digital, kemunculan “like”, “komentar”, dan “share” di sosmed memang memberikan rasa pencapaian—tetapi belum tentu menjadi kontribusi yang nyata bagi masyarakat atau institusi publik. Ia mengatakan bahwa partisipasi, pengawasan, dan aksi kolektif di lapangan masih sangat dibutuhkan.

Kenapa Pesan Ini Penting?

Ada beberapa latar belakang yang menjadikan pesan AHY ini relevan:

  • Penetrasi pengguna media sosial di Indonesia tinggi, dan banyak aktivitas sosial yang kini berpindah ke daring saja. AyoBandung.id+1

  • Meski sosial media memungkinkan mobilisasi cepat informasi, tantangan seperti penyebaran hoaks, akun buzzer, dan engagement yang dangkal tetap nyata. Liputan6

  • Era digital juga membuat batas antara ruang publik dan pribadi menjadi kabur—sehingga keterlibatan nyata, seperti hadir dalam musyawarah, relawan, atau kegiatan kemasyarakatan, menjadi semakin penting sebagai penyeimbang.

Bentuk Keterlibatan Nyata yang Disarankan

Bagi warga yang ingin menerapkan pesan AHY secara konkret, berikut beberapa bentuk partisipasi sosial yang bisa dilakukan:

  • Bergabung atau menjadi relawan dalam kegiatan kemasyarakatan lokal seperti kebersihan lingkungan, donor darah, atau advokasi sosial.

  • Menghadiri forum musyawarah warga, RT/RW, atau komunitas lokal agar aspirasi dan kebutuhan masyarakat bisa terdengar langsung.

  • Mengawasi dan ikut serta dalam proses demokrasi lokal—misalnya hadir dalam pemilihan, menyampaikan pendapat pada rapat publik, atau ikut dalam komunitas yang transparan.

  • Berkolaborasi aktif dalam kampanye berbasis digital yang ditindaklanjuti secara nyata—misalnya kampanye sosial media yang diakhiri dengan aksi lapangan.

  • Menjadi pengguna media sosial yang konstruktif—bukan hanya sebagai penonton pasif, tetapi juga menyebarkan informasi positif, memverifikasi fakta, dan turut berdialog dengan etika.

Tantangan dan Catatan Untuk Publik

  • Aktivitas daring yang tinggi bisa menyebabkan “sesat pikir” bahwa cukup dengan “scroll”, “like”, atau “komen” saja padahal dampak riil belum terjadi. Ilmuwan media sosial telah mencatat bahwa media sosial memiliki batas‑batas dalam menciptakan perubahan sosial yang mendalam. Antara News+1

  • Akses digital belum merata: masyarakat‑tertentu di daerah rural mungkin masih jauh dari kenyamanan internet atau aplikasi, sehingga keterlibatan lapangan masih sangat vital.

  • Media sosial juga dapat memunculkan bias algoritma, komunitas tertutup, atau bahkan komunitas “echo chamber” yang hanya menguatkan pendapat sendiri tanpa kolaborasi antar‑kelompok.

  • Warga perlu menjaga etika bermedsos—seperti memeriksa fakta, menghindari ujaran kebencian, dan mengenali bahwa kegiatan daring adalah bagian dari ekosistem yang lebih besar, bukan akhir dari proses.

Kesimpulan

Dalam era digital yang serba cepat dan terkoneksi, pesan AHY menjadi pengingat bahwa kemajuan teknologi tidak menggantikan nilai partisipasi publik yang nyata dan langsung. Aktivitas di media sosial memang penting, tetapi yang lebih krusial adalah tindakan nyata yang memperkuat komunitas, membangun jaringan sosial, dan menyampaikan aspirasi publik.

Bagi masyarakat Indonesia, ini momen untuk tidak hanya menjadi “pengguna media sosial yang aktif”, tetapi juga warga yang hadir, berkontribusi, dan bergerak dalam kehidupan sosial dan pemerintahan. Seperti kata AHY: “Jangan hanya aktif di medsos—terlibat nyata itu yang menentukan.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *