Beban Pinjol RI Sentuh Rp90 Triliun pada September 2025

Berita Nasional46 Dilihat

Outstanding pembiayaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap industri pinjaman daring (pinjol) di Indonesia menyentuh Rp 90,99 triliun per September 2025. Artikel ini membahas angka, pertumbuhan, risiko kredit, serta implikasinya bagi ekonomi dan regulasi.


1. Angka Utama

  • Hingga September 2025, outstanding pembiayaan untuk industri pinjaman online (P2P lending) tercatat sebesar Rp 90,99 triliun. kumparan+2News+2

  • Pertumbuhan yoy (year‑on‑year) mencapai 22,16% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. News+2detikfinance+2

  • Secara bulanan (month‑to‑month) naik sekitar 3,86% dibanding Agustus 2025 yang mencapai Rp 87,61 triliun. detikfinance+1


2. Kondisi Risiko Kredit

  • Tingkat wanprestasi 90 hari (TWP90) di sektor pinjol tercatat 2,82% per September 2025, naik dari posisi Agustus 2025 sebesar 2,60%. detikfinance+1

  • Untuk industri pembiayaan secara keseluruhan (multifinance) piutangnya tumbuh 1,07% yoy menjadi Rp 507,14 triliun. kumparan+1

  • Rasio NPF gross (non‑performing financing) sektor pembiayaan: 2,47%, NPF net: 0,84%. Gearing ratio perusahaan pembiayaan tercatat 2,17x (di bawah batas maksimum regulasi 10x). Suara Surabaya+1


3. Pemicu Pertumbuhan & Dinamika

  • Ekspansi bisnis fintech P2P lending masih kuat karena inklusi keuangan meningkat dan teknologi digital semakin umum.

  • Dengan kadar bunga dan kemudahan akses yang relatif tinggi, pinjol menjadi opsi bagi konsumen yang mungkin tak terlayani oleh kredit bank tradisional.

  • Namun pertumbuhan yang cepat ini juga memicu lonjakan risiko: meskipun TWP90 masih di kisaran rendah secara absolut (~2,8 %), adanya kenaikan menandakan potensi kerentanan.

  • Regulasi juga disebut belum sempurna: terdapat penyelenggara yang belum memenuhi kewajiban ekuitas minimum (misalnya, 8 dari 95 penyelenggara pindar belum penuhi kewajiban ekuitas Rp 12,5 miliar). kumparan+1


4. Implikasi untuk Ekonomi & Kebijakan

Untuk konsumen

  • Kenaikan utang pinjol berarti beban keuangan makin berat bagi segmen masyarakat yang menggunakan layanan ini.

  • Meningkatnya TWP90 menunjukkan peningkatan risiko gagal bayar, yang bisa memicu snowball effect: tekanan keuangan→utang→utang baru.

Untuk industri keuangan

  • Sektor pinjol menjadi bagian yang signifikan dalam lanskap pembiayaan mikro/digital.

  • Perusahaan pinjol dan pembiayaan perlu menyeimbangkan pertumbuhan dan pengelolaan risiko: peningkatan jumlah penyelenggara yang belum penuhi modal minimum harus diantisipasi.

Untuk regulator/pemerintah

  • OJK perlu mengawasi lebih ketat: misalnya pemenuhan ekuitas minimum, transparansi biaya/tingkat bunga, dan penanganan pinjol ilegal.

  • Perlu edukasi masyarakat agar memahami risiko pinjol (termasuk bunga, biaya tambahan, konsekuensi macet) agar tidak terjebak dalam utang berisiko tinggi.

  • Kebijakan pencegahan bisa meliputi: pengaturan bunga maksimum, syarat kelayakan kredit yang lebih kuat untuk pinjol, dan sanksi bagi penyelenggara yang lalai.


5. Catatan Penting & Batasan

  • Angka Rp 90,99 triliun adalah outstanding pembiayaan (total saldo pinjaman) per September 2025, bukan jumlah utang baru dalam satu periode.

  • Risiko kredit tercatat masih “terkendali” menurut data (TWP90 < 3%), tetapi tren kenaikan harus jadi perhatian.

  • Data hanya mencakup penyelenggara yang terdaftar dan diawasi OJK; pinjol ilegal kemungkinan tidak terdata secara resmi dan bisa memiliki risiko jauh lebih besar.

  • Pertumbuhan yang cepat bisa menimbulkan risiko sistemik jika tidak dikelola: misalnya kolektor yang agresif, penyalahgunaan data, utang yang menumpuk.


6. Kesimpulan

Utang industri pinjol di Indonesia telah mencapai Rp 90,99 triliun hingga September 2025 dengan pertumbuhan tahunan 22,16%. Meskipun secara rasio risiko masih dalam batas “relatif aman”, tren kenaikan dan ukuran industri menunjukkan bahwa perlindungan konsumen dan penguatan regulasi menjadi sangat penting. Baik konsumen, pelaku industri, maupun regulator harus bergerak agar pertumbuhan pinjol tidak berakhir memicu masalah keuangan lebih luas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *